Tittle : I Hate You,
LOVE!
Part : 1 of ?
Fandom : Nu'est, EXO
Pairing : BaekRen
(Baekho x Ren)
ni hari terakhir mu disini Ren, kau pasti senang kan?"
"Tentu saja aku
senang bisa pulang sebentar lagi. Tapi mungkin disana aku akan merindukan
kalian"
"Kami juga akan
selalu merindukan mu Ren. Baik-baiklah disana"
###
"Ren? Benarkah ini
kau?" Tanya seorang laki-laki berambut hitam pendek terpana.
"Kakak? Kau masih
mengenali ku?" Tanya Ren dengan senyum nya. Orang yang dipanggil kakak itu
mengangguk dan membalas senyum Ren.
"Tentu saja, tidak
ada alasan aku harus melupakan mu Ren. Kau adik ku satu-satu nya. Bagaimanapun
tampilan mu, aku pasti mengingat nya"
"Ah, seperti biasa.
Brother complex again" sahut Ren ringan. Kakak hanya memukul pundak Ren
pelan dan mereka tertawa bersama.
"Tidak sia-sia kau
pergi kesana. Kau benar-benar banyak berubah Ren. Sangat" ujar nya sambil
memandang Ren dari atas ke bawah dan sebalik nya.
"Benarkah? Disana
bagaikan neraka, tapi aku puas dengan hasil nya" Ren tersenyum.
"Ya, sekarang wajah
mu pun jadi cantik. Ah, aku iri" sahut sang kakak sambil mengelus pipi
nya. Ren tertawa.
"Kakak bisa saja.
Kau itu tampan kak, hidung mu saja mancung bukan main" yang di ajak bicara
hanya tersenyum kecut.
"Benar kah?"
Tanya nya seraya memegang hidung. Ren mengangguk.
"Ah! Ayo cepat ke
mobil, kau pasti lelah karena perjalanan tadi"
"Ya, aku memang
lelah. Aku tidak istirahat karena tak sabar akan ke Seoul"
"Dan kau sudah
disini!" Mereka berdua tertawa bersama lagi.
"Ngomong-ngomong
kau lama sekali, aku menunggu selama satu jam disini"
"Hah? Maaf, harus
nya aku bilang tapi aku lupa. Tadi ada penundaan penerbangan"
"Hm, itu
menjelaskan semua nya. Ah ayo cepat, mobil nya didepan"
###
"Wah! Rumah kita
banyak perubahan" ujar Ren takjub. Ia memandang perabotan baru yang
tersebar di seluruh pojok ruangan saat ia tiba dan memasuki rumah.
"Kau menyukai nya?
Pemandangan rumah ini aku ubah khusus untuk menyambut mu"
Ren menatap kakak nya
tak percaya.
"Kau tidak harus
melakukan ini kak,"
"Tapi aku senang,
ini lebih fresh dari sebelum nya" sambung nya lagi.
"Aku tau kau pasti
menyukai nya. Kamar mu juga sudah aku rombak. Aku juga yakin kau menyukai nya,
kau mau lihat?"
"Benarkah? Tapi
barang-barang ku?" Tanya Ren.
"Jangan khawatir,
barang-barang mu selalu aman disini. Hanya perabotan dan mebel-mebel baru"
jelas sang kakak. Ren tersenyum senang.
"Mana ayah dan
ibu?" Tanya Ren.
"Seperti biasa,
mengurus bisnis di luar negeri. Kali ini mereka pergi ke Swiss, entah kapan
akan pulang. Mereka titip salam untuk mu, dan ini" ia menyerahkan kartu
kredit tanpa batas pada Ren. Ren menerima nya dengan senyum kecut.
"Aku tau kau pasti
merindukan ayah dan ibu kan? Tenang saja, mereka pasti akan menghubungi kita
kalau tidak sibuk" ia mengelus kepala Ren dengan lembut. Ren tersenyum
lagi.
"Kak, aku
perhatikan kau jadi agak kurusan. Kau diet?" Tanya Ren. Kakak hanya
mengernyitkan dahi nya.
"Bukan nya kau yang
diet disana? Sampai bisa sekurus ini?" Sahut nya sambil tertawa. Ren
mengembungkan pipi nya.
"Kakak! Aku tidak
bercanda, aku itu beda dengan mu. Kalau aku sengaja ingin kurus, kalau kau
sudah kurus kenapa harus kurus lagi?" Ren membela diri.
"Aku hanya banyak
pikiran, tidak lebih" sahut nya singkat.
"Karena mengurus
perusahaan?" Kakak mengangguk.
"Aku pusing
memikirkan nya, harus begini, harus begitu. Belum lagi kalau ada masalah, aku
harus turun tangan langsung" ceritanya mengeluh. Ren mengelus punggung
kakaknya itu.
"Sabar kak, itu
sudah kewajiban mu sebagai pemimpin perusahaan. Kau kan pewaris di keluarga
kita"
"Aku iri pada mu
tau, kau sih enak masih dalam pendidikan. Sedangkan aku, baru lulus kuliah
setahun yang lalu langsung memimpin sebuah perusahaan. Ayah dan ibu kadang
memang tidak pakai otak. Seenaknya saja" kali ini si kakak bercerita
panjang lebar.
"Hush! Nanti kalau
ayah dan ibu dengar, kau malah disuruh jadi asisten mereka. Mau?"
"Tidak, terima
kasih"
"Aku lapar,
bagaimana kalau kita makan?" Tanya Ren. Kakak mengangguk setuju.
"Kita makan diluar,
di restoran favorite kita yang dulu. Mau?"
Ren mengangguk.
###
"Silahkan
masuk"
Ren dan kakak nya
mengangguk bersamaan. Mereka bersama masuk kedalam restoran tujuan mereka dan
mencari tempat kosong.
"Lumayan
penuh" Ren memandang malas ke arah orang-orang.
"Disana ada tempat
kosong Ren! Ayo cepat!" Kakak menarik Ren dan berlari kecil. Takut kalau
tempat tersebut diambil orang.
"Yup! Haha,
berhasil!" Seru sang kakak seraya duduk dengan bangga nya. Sedangkan Ren
duduk dengan nafas yang terengah-engah.
"Kalau mau lari
bilang-bilang kak! Nafas ku naik turun nih!" Omel Ren. Ia menatap Ren dan
tertawa. Merasa di ejek karena nafas nya yang tersengal Ren memanyunkan bibir
nya.
"Kalau aku bilang,
yang ada keduluan sama orang" Ia memanyunkan bibir nya, persis dengan gaya
Ren.
"Kak, kalau aku
lihat-lihat, saat kau manyun, mirip dengan ku ya"
"Jelas saja, aku
kan kakak mu" Dengan sedikit kencang kakak melempar celemek yang ada di
samping nya kearah Ren. Ren tertawa.
"Selamat datang,
ingin pesan apa" tanya seorang pelayan menghampiri.
"Baekho?" Kata
Ren dan kakak nya bersamaan.
"Ah, apakah aku
mengenal kalian?" Tanya si pelayan yang bernama Baekho itu.
"Ini aku, Tao. Dan
ini adik ku. Kau lupa dengan nya? Kalian kan satu sekolah waktu SMA" ujar
kakak yang rupanya bernama Tao sambil menunjuk Ren. Ren hanya menundukkan
kepala nya.
"Tao hyung? Wah,
sudah lama sekali ya kita tidak bertemu. Apa kabar?" Baekho mengulurkan
tangan nya untuk bersalaman, Tao menyambut.
"Aku baik, kau
sendiri?"
"Aku juga baik.
Tunggu dulu, kau bilang yang ada dihadapan mu ini adik mu, berarti ini
Ren?" Baekho menatap Ren. Ia memperhatikan nya dari atas ke bawah dan
sebalik nya. Sama seperti ketika Tao bertemu dengan Ren di bandara.
"Iya, siapa lagi.
Adik ku cuma satu. Ren"
"Ren? Benar kah kau
ini Ren? Kau berubah ya" Baekho terpana dan kembali menatap Ren.
"Benar kan! Dia
memang berubah, bagaimana menurut mu? Dia jadi cantik kan?" Tanya Tao,
Baekho mengangguk.
"Melebihi cantik
seorang wanita"
Suara tawa membahana
dari Tao. Sedangkan Ren hanya tetap menundukkan kepala nya. Sedikit kesal
karena dibanding-bandingkan dengan wanita.
"Aku kan laki-laki!" Jeritnya
dalam hati.
"Baekho, kau
terlalu jujur atau kau berlebihan?" Tao masih tertawa. Baekho memandang
heran.
"Apa aku seperti
itu?"
"Bisakah kau
memberikan kami daftar menu nya? Aku sudah lapar" ujar Ren ketus memotong
pembicaraan mereka.
"Ah maaf, ini
daftar menu nya" Baekho memberikan daftar menu yang sedari tadi ia pegang.
"Kak! Kenapa kau
bawa aku kesini sih!" Ren berbisik kasar ketika Baekho meninggalkan mereka
yang telah memesan sebelum nya.
"Loh? Bukan nya kau
setuju kalau kita makan disini? Lagipula ini kan restoran favorite kita
dulu" jelas Tao. Ren memanyunkan bibir nya.
"Iya aku tau ini
restoran favorite kita, tapi aku tak menyangka bakalan bertemu dengan Baekho!
Kalau tau dari awal akan seperti ini, aku akan makan di McD saja!" Ren
menjelaskan kekesalan dan penyesalan nya.
"Kau ini,
bersyukurlah sedikit! Tidak baik seperti itu" nasihat Tao yang sedang
memainkan garpu dan pisau milik nya. Ren memandang aneh.
"Kak, kau ini
seperti anak kecil"
"Biar saja"
sahut Tao pendek. Ia masih tetap memainkan garpu dan pisau nya.
"Ini pasti
akal-akalan mu kan?" Tuduh Ren tiba-tiba.
"Akal-akalan
apa?" Tanya Tao bingung. Ren memandang kesal pada nya.
"Jelas saja ini
akal-akalan mu. Kau tau benar kan aku membenci Baekho?"
"Maksudmu apa? Aku
mana tau kalau Baekho bekerja disini. Aku juga sudah lama tidak ke sini"
Ren tak menjawab. Ia tau
kalau kakak nya tidak punya niat untuk seperti ini pada nya. Jelas-jelas Tao
saja terkejut melihat Baekho yang kerja disini. Tidak mungkin kakak nya
merencanakan sesuatu. Kalau dipikir-pikir seorang yang memainkan garpu dan
pisau layak nya anak kecil, apa iya bisa merencanakan hal jahat? Lagipula ini
hanya pelampiasaan nya saja yang kesal setelah sekian lama tidak bertemu dengan
Baekho.
"Omong kosong"
sahut Ren singkat, tak lama ia mencubit lengan Tao.
"Aw! Kau ini dendam
ya pada ku?" Tanya Tao yang pura-pura meringis sambil mengusap bekas
cubitan Ren.
"Kakak
menyebalkan"
Tao tertawa kecil
melihat tingkah adik nya saat ini. Ia mengerti kalau Ren hanya kesal karena
melihat Baekho setelah sekian lama. Yang Tao tau, mereka tak saling berhubungan
setelah lulus SMA. Entah apa alasan nya.
"Anggap saja ini
takdir Ren"
"Pesanan
datang" Baekho datang membawakan pesanan mereka. Ia menyajikan makanan dan
minuman yang ada diatas nampan milik nya.
"Ada yang bisa aku
bantu lagi?" Tanya Baekho.
Ren menggeleng cepat dan
berharap Baekho pergi meninggalkan meja mereka.
"Tunggu
Baekho..." Ujar Tao. Ren melirik tajam kearah nya.
"Ada apa Tao
hyung?"
"Kau kerja disini
sudah lama?" Tanya Tao ingin tau. Baekho berpikir sejenak.
"Sekitar sembilan,
ah sepuluh bulan. Kalau tidak salah" jawab nya sedikit ragu sambil
mengernyitkan dahi.
"Ah, hanya beda dua bulan dengan kepergian ku ke
karantina itu" kata Ren dalam hati.
"Bayaran nya bagus
tidak?" Tanya Tao lagi.
"Yah..."
Baekho kembali berpikir. Senyum tipis nya muncul.
"Lumayan untuk
menyambung hidup" sambung Baekho di iringi tawa kecil nya.
"Kalau aku bilang
'Baekho, mau kah kau kerja di rumah ku sebagai pelayan' kau mau?"
Ren tersedak mendengar
perkataan kakak nya. Baekho spontan langsung berlari dan mengambilkan air
mineral untuk Ren. Ren menepuk-nepuk dada dan meminum air yang dibawa Baekho.
"Apa maksud mu
kak?" Ren memandang heran kearah Tao. Tao hanya tersenyum nakal.
"Bagaimana Baekho?
Kau mau?" Lanjut Tao lagi. Baekho menatap Tao tanpa berkata-kata.
"Akan ku bayar gaji
perbulan 2 kali lipat dari yang sekarang"
"Tapi..."
"Kurang banyak? Aku
naik kan jadi 3 kali lipat" potong Tao.
"Bukan seperti itu
Tao hyung, maksud ku..."
"Baiklah, 4 kali
lipat? Atau 5?"
"Sudah cukup Tao
hyung. Aku memang butuh uang, tapi..."
"Nah! Tunggu apa
lagi?" Tao menjentikkan jari nya. Ren menggemertak kan gigi nya.
"Aku sudah tanda
tangan kontrak di restoran ini Tao hyung, jadi..."
Sejenak Ren menghela
nafas lega, tapi...
"Itu gampang, aku
akan cari kan pengganti mu dan bicara pada pemilik restoran ini. Besok kau
mulai kerja, datang lah sekitar jam 6 pagi"
Baekho dan Ren membuka
mulut bersamaan. Hal ini membuat Tao kembali memecahkan tawa.
###
"Kau gila kak!
Bisa-bisa nya kau meminta Baekho kerja di rumah kita!" Ren mengamuk dalam
perjalanan pulang. Tao tersenyum nakal tanpa memperhatikan Ren. Ia tengah asik
memperhatikan jalan dan memegang kemudi mobil.
"Ku harap Baekho
menolak permintaan mu!"
Tao tak mengubris nya.
Ia tetap fokus pada kemudi dan lintas jalanan. Sadar diabaikan, Ren
mengembungkan pipinya.
"Pokok nya, aku
tidak sudi melihat wajah Baekho dirumah kita!" Kata nya lagi. Tapi Tao
tetap mengabaikan nya. Kini Ren menatap geram ke Tao.
"Kakak! Dengarkan
aku! Aku akan membeli apartemen dan tinggal disana!"
"Kau
mengancam?" Akhir nya Tao angkat bicara.
"Seperti yang kau
dengar" Ren tersenyum bangga karena kali ini Tao memperhatikan nya karena
sebuah ancaman.
"Terserah, kalau
kau memang ingin pindah, aku akan melapor pada ayah dan ibu. Lanjutan nya kau
pikir saja sendiri..."
"Lanjutan
nya..." Kata Ren sedikit ragu.
"Ya, apalagi dengan
alasan bodoh macam itu"
"Tidak mungkin!
Ayah dan ibu pasti berpihak pada ku! Hal wajar kalau aku tidak ingin ada orang
asing di rumah!"
"Orang asing? Bukan
kah, Baekho itu pernah jadi someone special mu?" Kali ini Tao menggoda
Ren. Ren membulatkan mata nya.
"A...apa-apaan kau
kak? Ja...jangan sembarangan seperti itu!" Ujar Ren tergagap. Ia sangat
gugup, butiran-butiran keringat muncul dari dahinya.
"Aku tau dari dulu,
ahahahaha..." Tao tertawa di atas penderitaan Ren.
"Maksud mu apa?
Darimana kau dapat pemikiran seperti itu?" Tanya Ren. Tapi tau hanya
tertawa terbahak-bahak.
"Kakak! Jangan
tertawa terus seperti orang gila saja! Jelaskan apa maksud mu!" Ren
menarik-narik lengan Tao.
"Ren!" Teriak
Tao. Ia hampir saja menabrak seseorang yang berdiri di pinggir jalan. Dari
kejauhan orang itu mengomel, mengumpat, mengepal-ngepalkan tangan dan
menunjuk-nunjuk mereka. Tao melihat nya dari kaca spion.
"Untung saja kita
bisa kabur" Tao memegang dadanya. Jantung nya berdetak dengan kencang
sampai-sampai ia bisa merasakannya.
"Kau itu kalau mau
ngamuk jangan di mobil! Untung saja aku tidak menabrak nya! Kalau tadi
terpeleset sedikit saja, mungkin orang itu celaka!" Tao marah-marah.
"Habis, kau tidak
menjelaskan nya padaku" Ren berkata pelan seraya menundukkan kepalanya
tanda menyesal.
"Pikirkan kalau kau
dan aku dipenjara karena hal ini! Bodoh sekali!" Tao kembali mengomel. Ren
semakin menundukkan kepala nya. Mata nya berkaca-kaca, dan ia tak mau diketahui
oleh Tao. Tao melirik nya dan
menghela nafas.
"Sudah, jangan
menangis. Maaf tadi aku kasar padamu" Tao meminta maaf dengan raut wajah
sedih.
"Tidak apa-apa.
Harusnya aku yang meminta maaf. Kumohon maafkan aku kak"
"Aku tidak mau
memaafkan mu"
"Hah?"
Tao tersenyum licik.
"Apa lagi yang ada dipikiran nya saat ini?" Pikir
Ren.
"Pasti hal yang tidak-tidak" lanjutnya
lagi.
"Aku akan memaafkan
mu kalau kau berjanji tidak akan pindah jika Baekho berkerja di rumah
kita"
Ren terdiam. Didalam
hati ia mengumpat sepuas nya. "Terkutuk
lah kau kak" salah satu nya.
"Yah, kalau dia
memang kerja di tempat kita" Ren mengalihkan pandangan nya kesal.
"Baiklah,
deal"
"Ya ya, deal"
Ren mendengus.
###
"Aduh!" Ren
jatuh terduduk di lorong kelas yang sepi. Ia memandang sepasang kaki yang ada
dihadapaan nya saat ini.
"Jatuh ya? Makanya
kalau jalan hati-hati"
Pelan-pelan ia
mengangkat kepalanya, melihat siapa dibalik suara itu.
"Baekho" Gumam
pelan. Ia menatap takut pada Baekho.
"Apa lihat-lihat?
Cari mati?" Sahut seseorang yang berada di samping Baekho.
"Ti... Tidak,
maafkan aku" Ren kembali menundukkan kepala nya.
"Sudah, jangan
buang-buang waktu" sahut Baekho dan berbalik pergi di ikuti dengan
beberapa orang pengikut nya.
"Awas kau
gendut!" Sahut seseorang lagi meneriaki Ren.
Ren hanya diam.
Pelan-pelan ia berdiri dan memandang Baekho dkk dari kejauhan.
#Istirahat sekolah#
"Aku membenci
nya" kata Ren pelan ketika ia berada di atas atap sekolah. Ia berdiri
seraya menatap langit teduh, pemandangan didepan nya.
"Kau membenci
siapa?" Tegur seseorang dari belakang. Ren terkejut dan membalikkan badan.
"Baekho..."
Ren berkata pelan.
"Jadi kau membenci
ku?" Tanya Baekho dengan tatapan tajam nya. Ren terkejut.
"Bukan, maksud
ku..."
"Tapi ya terserah
mu sajalah, aku tidak perduli" ujar Baekho mengangkat bahu nya dan duduk
dengan santai.
"Apa maksud mu? Aku
kan tidak..."
"Semua orang
membenci ku, jadi tidak masalah"
"Jelas saja, mereka membenci mu" ujar
Ren dalam hati.
"Maksud mu apa?
Menurut ku tidak semua orang membenci mu. Kau masih beruntung punya teman, aku
tidak punya" sahut Ren lirih dan kembali membalikkan badan nya
membelakangi Baekho.
"Kau tidak punya
teman? Kenapa?" Tanya Baekho yang menatap Ren dari belakang.
"Kau tau kan,
disini murid-murid nya tampan dan cantik. Hanya aku saja yang jelek dan gendut.
Tak ada yang menyukai ku"
Baekho diam saja. Ia
masih memandang Ren dari tempat ia duduk saat ini.
"Sudah, jangan
meratapi nasib. Lagipula nasib bisa di ubah" Baekho membaringkan badan
nya. Melipat tangan nya kebelakang untuk menjadi alas kepala.
"Kau benar, nasib
bisa di ubah"
Kini semua nya hening.
Semilir angin meniup rambut Ren dengan pelan. Perlahan Ren membalikkan badan
nya dan menatap Baekho yang tertidur pulas. Angin sedikit meniup seragam Baekho
yang tidak ia dirapikan.
"Ah, aku mimpi apa sampai bisa berbicara dengan
nya" kata Ren dalam hati. Ia mengernyitkan dahi dan seraya
mendekati Baekho.
"Tertidur?"
Wajah Baekho yang
tertidur terlihat damai dimata Ren. Sesekali ia tersenyum. Mata yang terpejam,
hidung yang mancung, bibir yang... Sexy, pikir Ren. Semua nya terlihat
sempurna.
"Bagaimana bisa
laki-laki tampan seperti ini bisa di takuti oleh satu sekolah?" Gumam Ren.
"Ugh..."
Baekho menggeliat. Ren kaget dan mundur beberapa langkah.
"Ibu... Aku tidak
mau makan itu"
Ren tersenyum lalu
disusul dengan tawa kecil. Rupanya karena keenakan tidur, Baekho jadi mengigau
tidak jelas. Tak lama Ren pergi meninggalkan Baekho sendirian di atas atap.
"Aku harus bisa
setampan Baekho"
###
"Kau pelayan baru
yang diceritakan oleh tuan muda Tao?"
Baekho mengangguk dan
diperbolehkan masuk kedalam rumah kediaman Tao dan Ren.
"Whoaa... Rumah ini
seperti istana" Baekho merasa takjub dengan pemandangan nya saat ini.
"Lewat sini, ikuti
aku" Baekho kembali mengangguk dan mengikuti pelayan senior yang ada di
depan nya saat ini.
"Kau harus ganti
baju dengan pakaian ini" pelayan itu menyerahkan satu setelan berwarna
hitam dan putih kepada Baekho. Tak lama Baekho pun mengganti baju nya dan
bercermin.
"Wah, kau cocok
sekali dengan pakaian itu. Kau terlihat tampan anak muda" pelayan itu
memuji Baekho dan tertawa kecil. Baekho tersenyum tersipu, wajah nya sedikit
memerah.
"Dimana Tao hyung,
ah... Tuan muda Tao dan Ren?" Tanya Baekho.
"Mereka masih
tidur, sebentar lagi mungkin mereka akan bangun. Kau bantu aku masak, kau bisa
masak?"
"Um...
Sedikit..."
Pagi hari pertama bagi
Ren di Seoul. Ia menggeliat dan merenggangkan badan nya. Mata yang masih ingin
tertutup di paksa terbuka oleh Ren. Ia tak ingin bangun siang hari ini, mencium
pagi di Seoul pasti sangat menyegarkan di banding ketika ia berada di
karantina.
"Tidak terasa
setahun aku tak bangun pagi dengan perasaan seenteng ini" gumam nya.
Ia berjalan pelan ke
kamar mandi. Mencuci muka dan menggosok gigi. Setelah itu ia keluar dari kamar.
Tak perlu mengganti baju, pikir nya. Pemandangan tak wajar terlintas di
penglihatan nya saat ia turun melalui tangga.
Seorang laki-laki yang
memakai seragam pelayan lewat di hadapan nya. Ia tengah membawa sesuatu dalam
kardus. Entah apa itu. Beruntung pelayan itu tidak melihat Ren yang mematung di
salah satu anak tangga.
"Itu..." Gumam
Ren pelan. Jari tangan nya otomatis menunjuk pemandangan tak wajar nya saat
ini.
"Hei, dia
itu..." Kata Ren ketika berpapasan dengan pelayan lain.
"Benar tuan muda,
dia pelayan baru yang diceritakan tuan muda Tao kemarin"
DEG! Baekho ternyata
setuju kerja di rumah nya. Sekarang ia selangkah, bukan, seribu langkah lebih
dekat dengan Baekho.
"Kakak..."
Ucap Ren geram. Ia kembali naik ke atas dan menggedor pintu kamar Tao.
"Kakak! Cepat
bangun!"
Tak butuh waktu lama,
Tao segera membuka kan pintu. Ia muncul dari balik pintu tersebut sambil
menggaruk kepala dan menguap dengan lebar nya.
"Ada apa Ren"
sahut nya malas dan kembali menguap lebar. Sepertinya ia sangat kelelahan. Ren
memanyunkan bibir nya, lalu menendang kaki Tao.
"Aw! Aku salah apa
sih? Baru bangun sudah di tendang" Tao mengusap-usap kaki nya yang
ditendang Ren terbungkuk-bungkuk.
"Kau itu! Lihat ke
bawah! Ada Baekho disini! Pakai baju pelayan pula!"
Tao menatap heran ke
arah Ren.
"Kau ini aneh,
jelas saja dia begitu. Dari hari ini kan dia menjadi pelayan kita"
Ren memandang kesal dan
kembali menendang kaki Tao yang sebelah nya.
"Ahhhh!" Tao
teriak kesakitan. Tak peduli, Ren kembali masuk ke kamar nya.
"Kakak sialan! Pagi
ku hancur karena dia!" Ren mengomel setelah menutup pintu dengan keras.
"Bukan salah
kakak..."
"Tapi salah
Baekho!"
"Aku benci
dia!"
#To Be Continued#