Sabtu, 15 Juni 2013

Bad Girl


Main cast : Ren NU’EST
Genre : Thriller


Bosan.
Tiap hari kesekolah mulu , aku bosan.
Tapi, kalau tidak sekolah, itu sama saja aku tidak makan. Bagaimanapun, Inveartible tanpa manusia adalah hampa. Aku harus tetap makan jantung manusia untuk hidup.
BRUKK!!!
Seorang gadis menabrakku hingga ia terjatuh. Lemah sekali. Aku saja yang jadi korban tabrakannya tetap berdiri tegak.
Kulihat, buku yang ia bawa tadi berhamburan.
“Maaf….” Ucapku acuh, masih berdiri menatapnya yang kepayahan memunguti satu-persatu buku pelajaran yang ia bawa.
Ia berdiri, lalu menatapku, “tak apa….” Ia menatapku dengan mata berbinar, “Wah….”
Kau mau bilang “kau cantik sekali” padaku? Aku tunggu, supaya nanti aku bisa makan malam.
“Kau tampan sekali….”
Aku tercekat. Dia bilang apa tadi? Tampan?
“Kau bilang apa?” ucapku sambil mengulangi pertanyaan yang berkeliaran di benakku. “Tampan?”
“Iya…. Tampan…. Kau lelaki kan?” ucapnya dengan riang. Satu hal yang ada di benakku untuk menggambarkan gadis yang kini terkagum-kagum akan wajahku : ANEH.
“iya….” Aku kembali bersikap acuh padanya.
“Siapa namamu?”
Aku menghela nafas. “Ren….”
“aku Sooyoung….” Ia tersenyum kegirangan. “salam kenal….”
Apa maksud dari orang ini?
“Sooyoung…. Cepat kemari…. Aku butuh buku itu….” Seseorang memanggilnya.
“Sepertinya aku sudah harus pergi…. Lain waktu kita lanjutkan ya?”
Dengan riangnya, ia pergi menjauhiku. Aku tersenyum sinis, setelahnya sedikit murung.
Dia tidak mengejekku.
~***~
Kali ini aku membunuh kedua korbanku saat sore. Yang pertama, bernama Choi Jin Wook. Manusia tengik yang naas ini telah melempariku dengan telur busuk dan mengenai blazer mahalku yang baru saja kucuci.
Dan yang kedua, bernama Tak Goo. Orang tuanya yang memberi nama mungkin menaruh harapan besar pada anaknya untuk menjadi orang baik yang di agung-agungkan, bisa dilihat dari namanya.
Tapi kenyataannya?
Dia orang jahat yang sudah mengataiku jelek. Dia juga mengejekku sebagai “monster tanpa wajah”. Heh?? Memang dimana matanya? Bagaimana mungkin dia berani bilang seperti itu?
Aku membawa mereka ke belakang gedung sekolah. Hari sudah mulai petang, hingga pemandangan di hutan yang ada di belakang kami pun hanya berupa siluet-siluet hitam. Sekolah kami tak ada lampu, jadi keadaan sekarangbenar-benar mencekam.
“Kau….” Ucap Tak Goo terbata-bata. “siapa?” tanyanya. Ya. Tentu saja wajahku tak terlihat.
“Aku?” aku langsung mengangkat tangan kananku yang sudah berubah menjadi mengerikan. Bentuknya berbeda dari biasanya. Cakar hitam, dan tepat di tengahnya seperti ada pisaunya, kalau aku ingi mengeluarkannya. Kalau tidak, aku tak akan menggunakannya. Aku hampir menjadi inveartible sesungguhnya.
“Coba tebak, siapa aku?” ucapku lagi. Mereka berdua bertatapan. Kulihat, jantung keduanya berpendar. Ah, bonus!! Tapi, butuh 100 jantung lagi untuk menjadi Inveartible sesungguhnya. Bagaimana ya caranya?
Sudahlah, habisi saja dulu mereka.
“Aku….” Aku berjongkok di depan mereka, “Inveartible….”
“AARGGGHHH!!!!”
Saat mereka bangun untuk berlari, kedua tanganku langsung menarik kerah baju mereka dengan kasar, lalu menariknya dan membenturkan kepala dari keduanya hingga mereka merasa pusing. Aku tersenyum sinis.
“siapa diantara kalian berdua yang mau dibunuh terlebih dahulu?”
Yang kurasakan saat aku mencengkeram keduanya hanyalag gemetar ketakutan dari mereka. Dasar.
“Tak ada yang menjawab?” ucapku. “baiklah…. Tak Goo yang akan kubunuh duluan….”
Kulepaskan tanganku dari kerah baju Jin Wook, lalu menendang kepalanya hingga pingsan. Pandanganku beralih pada Tak Goo, tersenyum sinis. Bertepatan dengan itu, bulan purnama yang tertutupi mendung kini sinarnya kembali menyemburat di antara kami hingga kami bisa melihat wajah satu sama lain. Ia terlihat terkejut. “Ren?”
“Iya?” ucapku sambil menyeringai. Aku mendorongnya hingga jatuh tersungkur. Wajahnya mengenai bebatuan krikil yang ada di sekitar kami. Oh, kasihan sekali.
Aku menjambak rambutnya hingga rambutnya malah lepas dari kepalanya sebanyak genggamanku, membuat kulit kepalanya berdarah.
“ARGGHH!!”
Aku segera mencengkeram kerah baju bagian belakangnya dengan kuat. Setelah ia berdiri dengan tegak, kulihat wajahnya terdapat bercak-bercak darah. Wajar, wajahnya terkena kerikil tajam.
“Kau kan, yang mengejekku Monster tanpa wajah?” aku tertawa kecil.
“A-A-ampun….”
“Ampun? Maaf maksudnya?” aku menyeringai, setelahnya memasang wajah marah. “Dasar bodoh!!”
Aku melempar tubuhnya ke pohon rindang yang ada di dekatku. Ia jatuh merosot, kulihat wajahnya yang ketakutan.
“Sekarang aku yang akan merubahmu menjadi Monster tanpa wajah….”
Aku mencakar wajahnya hingga membentuk 5 garis horizontal. Dari garis-garis itu mengalir banyak darah hingga wajahnya tak berbentuk.
“sekarang, kau yang jadi Monster tanpa wajah….” Aku menyeringai.
Dia memegangi wajahnya sambil mendesah kesakitan. Aku tersenyum puas. Setelahnya, aku kembali menghampirinya dan menjambak rambutnya, lalu membenturkan wajahnya ke pohon.
“ARGH!!” darahnya kembali mengucur deras. Aku semakin bersemangat untuk membenturkannya.
Setelah ia berhenti teriak (mungkin ia lelah berteriak), aku mendorongnya ke tanah.
“Ada kata terakhir?” tanyaku sambil berjongkok di sampingnya.
“Hh…. Hh….” Malah gemetaran. Sudahlah. Langsung habisi saja.
Aku menancapkan tanganku di punggung hingga menembus tulang rusuk, lalu ke jantung. Aku menariknya dengan keras, hingga darahnya pun bermuncratan membasahi rompi rajutku yang berwarna krem. Aku tertawa, lalu mengoyak jantungnya dengan rakusnya.
Seperti biasa, sisa jantung yang ada kulemparkan ke bagian belakang kepalanya yang sudah tak berambut. Akupun mengalihkan pandanganku ke Jin Wook. Lelaki yang menurutku terlalu tinggi. Aku sebahunya.
Biarlah, siapa peduli?
Aku menjambak rambutnya yang panjangnya sebahu (layaknya pendekar jepang jaman kuno) dengan kasar, hingga membuatnya sadar dari pingsannya. Ia terbelalak menatapku. “R-Re….”
“Ren…. Bukan R-Ren….” Ucapku lagi. “kenapa sunbae? Kaget?” aku tersenyum sinis. Ia terlihat sangat ketakutan, apalagi dia berdiri dalam keadaan berdiri miring. Sudah kubilang kan tadi? Dia lebih tinggi dariku?
“Sunbae…. Hari ini hari terakhirmu hidup…..” perkataanku barusan membuatnya takut. Begemetar ketakutan. “Ada kata-kata terakhir?”
“Apa?”
“Aku anggap tidak ada….”
Tangan kananku bergerak menusuk perutnya hingga darah keluar deras dari mulutnya, beserta matanya yang melotot kesakitan.
“Hahaha…. Indah sekali….”
Aku kembali menghujatkan cakar ini ke dadanya hingga pakaian yang ia kenakan robek.
“Hasrat ingin menyiksa dirimu sudah tidak ada…. Maka dari itu, langsung ku bunuh saja ya….”
“Ja~”
JLEB!!
Cakar tajamku ini menusuk dada kirinya dan menarik paksa jantungnya dengan liar. Tangan kiriku yang sedari tadi menjambak rambutnya pun mendorongnya hingga jatuh tersungkur. Cowok sok keren yang tadi pagi melemparkan telur busuk ke kepalaku kini tewas dengan indahnya di mataku.
Aku kembali mengoyak jantung yang kini ada di tanganku. Setelah aku memuaskan rasa laparku, jantung itu kulemparkan tepat mengenai matanya yang terbelalak kaget.
Saat aku berjalan sambil bersiul menuju gerbang sekolah sambil membersihkan bibirku yang belepotan darah dengan punggung tanganku, aku terkejut. Gadis yang tadi pagi menabrakku kini berdiri didepanku sambil membawa lentera di tangan kanannya dengan tatapan mata kosong.
Tanganku ini bergerak untuk mencakarnya, tapi pandangan matanya seperti mengendalikan aliran darah di tubuhku untuk tidak bergerak.
Aku melihat di bagian dada kanannya, susunan tubuhnya berubah menjadi susunan-susunan puzzle yang berterbangan hingga berlubang.
“Bersembunylah disini….”
“Apa?”
“Sooyoung….” Suara seseorang terdengar memanggil. Aku semakin panik.
“Cepat sembunyilah….”
“Tapi….”
Tak ada waktu….”
Aku bergegas berlari menghampirinya.
“Tapi…. Bagaimana caranya masuk?”
“bilang saja kalau kau ingin masuk….”
Aku tidaktahu apa yang dia ucapkan itu hanya asal atau sungguhan. Akupun mengucapkannya, “aku ingin masuk….”
BRUG!!
Aku mengelus kepalaku pelan. Aku terjatuh dari keting….
Hei!!
Aku benar-benar masuk ke tubuh gadis itu!!
Sebenarnya, gadis ini siapa?
Manusia biasa?
Kenapa dia bisa melakukan ini? Dia Inveartible?
Bukan bukan…. Aku tak mencium bau Inveartible sama sekali dari tubuhnya. Siapa sih?
Siluman? Monster?
“Kau boleh keluar sekarang….”
Nah kan?
Setelah melamun dengan beribu pertanyaan di benakku, tak terasa, dia sudah berhasil mengusir orang yang tadi memanggilnya.
Dan sekarang, tiba-tiba aku berada di luar tubuhnya.
“Kau~”
“tenang saja….” Ia tersenyum. “aku tak akan bilang ke siapa-siapa akan hal ini….”
Biasanya aku akan langsung membunuh orang yang tahu pembunuhan yang kulakukan. Tapi, entah kenapa, kali ini langkahku tercekat. Akupun berjalan menjauhinya, berusaha mencerna apa yang terjadi.
“Saranghaeyo….”
Aku tercekat. Dia bilang apa barusan?
Aku membalikkan badan. Dia sudah tak ada di sana.
~***~
“Kau jatuh cinta pada seseorang yang tak jelas asal-usulnya? Tumben….” Ucap Baekhyun sambil tersenyum meledek. Huh!! Dia tak tahu rasanya kan?
“Aku~”
“Kau jatuh cinta padanya karena apa? Karena dia bilang kau tampan?” kali ini Krystal duduk di sampingku sambil menyenggol lenganku.
“Benarkah hanya itu?” kali ini Jeongmin yang mengucapkan pertanyaan. Sial!! 3 anak ini!!
“bukan!!”
“Lalu apa?” desak Baekhyun.
“dia baik padaku. Padahal dia tahu aku Inveartible. Tapi dia tidak berusaha berteriak, malah membantuku bersembunyi….”
“tapi bukan berarti dia baik pada Inveartible kan? Mungkin dia Extearmined?”
“bukan. Aku yakin bukan!!”
“Bukan? Darimana kau tahu?”
“kalau dia Extearmined, bukankah dia akan membunuhku saat itu juga dengan tombak perak?”
Ya. Inveartible akan mati di tangan manusia yang bersenjatakan tombak perak. Hanya itu kelemahan kami.
Semua terdiam.
Beberapa saat kemudian, Baekhyun buka suara, “kau tidak mencium aroma Inveartible dari tubuhnya?”
Aku mengangguk.
“kau juga tidak mencium bau siluman berjenis selain Inveartible di tubuhnya?”
Sekali lagi, aku mengangguk.
“berarti, dia monster….”
“apa?” aku, Krystal dan Jeongmin terbelalak kaget mendengar ucapan Baekhyun. Baekhyun hanya menjawab pertanyaan kami dengan anggukan, lalu menjelaskan pada kami,
“siluman itu bisa berubah wujud semau mereka. Yang mereka makan pun selalu manusia. Kalau monster, tujuan mereka hanya menghancurkan manusia, tidak sampai memakan mereka. Mereka juga memusuhi siluman, termasuk Inveartible. Dan Monster itu, biasanya menggunakan kulit manusia yang sudah mati, yang sudah diawetkan untuk penyamaran mereka. Hingga bau monster mereka tertutupi oleh kulit manusia yang mereka pakai….”
“bagus!!”
Aku mendapati sesosok pria yang tak asing lagi bagi kami. Ketua Inveartible. Ugh!! Sial!! Setelah ini, pasti dia akan memuji kehebatan Baekhyun lagi, dan membanding-bandingkan kami berdua.
“Kau tahu dari mana Baekhyun?”
“Aku hanya sekedar mencari informasi….”
Kulihat, ketua Inveartible menepuk-nepuk pundak Baekhyun sambil tersenyum. Setelahnya, ia kembali memasuki ruangannya.
Sudah? Hanya itu?
“makanya, besok kau pastikan, dia itu monster pemakai kulit manusia atau memang manusia biasa….” Ucap Jeongmin “sok” menasihati. Tapi memang ada benarnya sih.
~***~
Esoknya….
Kekhawatiran teman-temanku sungguh sangat memalukan. Monster pemakai kulit manusia kata mereka? Aku baru pertama kali ini mendengar hal bodoh semacam itu.
“Sudah kau dapatkan lelaki berwajah cantik itu?”
Aku kaget mendengar suara berat tengah berbicara tentangku. Aku menoleh. Di ujung koridor. Sooyoung? Bersama lelaki tua itu?
Aku langsung menggenggam seluruh benang gaib di tanganku, supaya aku tak terlihat oleh mereka. Aku berjalan cepat menghampiri mereka. Dan kini, aku berdiri tepat di antara mereka.
“Sudah, ketua. Benar dugaan anda, dia Inveartible….”
Apa sih yang mereka bicarakan?
“lalu, harus aku apakan lelaki itu?” tanya Sooyoung lagi.
“terserah kau. Pesaing monster itu memang harus diperlakukan secara keji….”
Hah? Monster?? Jadi, benar kata Baekhyun, dia monster? Dan dia berani menipuku? Kurang ajar!!
“tapi, kau harus melakukannya dengan hati-hati. Dia itu Inveartible yang paling kuat. Salah sedikit, kau bisa mati….”
“iya….”
Aku berlalu meninggalkan mereka. Kalian yang akan mati. Seenaknya saja mempermainkan Inveartible.
~***~
Malamnya….
“Ren…. Kita mau kemana?”
Tanya Sooyoung saat ku bonceng. Aku beralasan untuk mengajaknya kencan, padahal, kubawa ke pemakaman.
“Ke tempat bagus….”
Saat sampai, aku menoleh dan tersenyum padanya. “turun…..”
Bahkan tanpa sedikit kecurigaanpun, dia mau turun. Dasar!! Monster bodoh!! Gampang sekali dikelabui.
Aku masih duduk di atas motor. Seperti biasa, aku mengerem ban depan dan mengangkat bagian belakang motorku dan menampar gadis itu dengan roda blakang motor ini. Ia terpelanting jauh. Kulihat, tubuhnya terkena nisan yang berbentuk salib. Huh!!
Aku turun dan berjalan menghampirinya yang menggeliat kesakitan. Kulit manusia yang ia gunakan robek. Sedikit demi sedikit, ia menampakkan wujud aslinya. Laba-laba super besar!!
Aku tersenyum sinis sambil mendongakkan wajahku untuk menatap matanya.
“jadi, kau sudah tahu kalau aku ini monster?”
“aku tidak seperti manusia biasa yang bodoh. Jangan remehkan Inveartible….”
“apakah siasatku untuk menjadi wanita cantik dan berpura-pura menyukaimu juga gagal?”
“awalnya tidak. Selanjutnya gagal….”
Aku mengarahkan cakarku ke perutnya. Dia berusaha mengendalikan aliran darahku, tapi amarahku bisa mengalahkan segalanya. Aku melompat, dan mencakar wajahnya.
“ARGGGHHH!!!”
Aku kembali melompati bagian tubuhnya yang lain. Ya, kecepatan melompatku semakin bertambah cepat. Aku yakin, sebentar lagi aku akan menjadi Inveartible sesungguhnya.
Aku mencakar kakinya yang berbentuk seperti pipa. Ia berteriak dan menggerakkan kakinya untuk membuatku pergi, dan tentu saja, aku berhasil mencengkeram kuat kakinya. Bahkan, aku berhasil membuat kakinya patah dalam satu gerakan hingga darahnya keluar. Darahnya berwarna…. Hijau? Eek…. Menjijikkan.
Aku meloncat ke kaki lainnya, lalu mematahkannya dengan cara yang sama, begitu seterusnya hingga ia tak punya kaki. Disekelilingnya terdapat kaki-kaki yang berserpihan dan darah hijau yang berceceran.
“hh…. Hh…. Kurang ajar!!”
Aku mengeluarkan pedang di kedua tanganku yang ada di telapak tanganku, lalu mengarahkannya ke tubuh monster itu, ke atas dank e bawah. Ia terbelah menjadi dua, dan tewas seketika.
Saat aku membalikkan badan, aku melihat sesosok lelaki bertubuh kekar yang tadi pagi berbicara dengan Sooyoung. Wajahnya merah padam, marah.
“kau sudah membunuh anak buahku….”
“Eugh… So?” aku tersenyum sinis, lalu menggerakkan pedangku lagi dengan cara yang sama. Ia tewas seketika.
Aku memandangi 2 monster yang sudah kuhabisi malam ini. Seharian memikirkan mereka, aku jadi tak sempat mencari manusia untuk dimakan. Kedua monster ini menyusahkan saja.
Aku berjalan santai di antara darah mereka yang menjijikkan itu, lalu kembali menghampiri motorku, dan pergi pulang ke rumahku.
~***~
Aku melangkah gontai saat pulang ke rumah.
“Ini!!”
Aku menangkap jantung segar, hanya bagian kirinya. Aku menatap Baekhyun yang tadi melempariku.
“kau habis membunuh kedua cecurut itu kan?”
“darimana kau tahu?”
“ada deh….”
Aku tersenyum, lalu memakannya. Setelahnya, aku kembali menatapnya, “jangan bilang pada ketua ya?”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar